27 February 2008

serpihan 4

ibu i

multi pribadi dalam satu pribadi

ragam rona dalam satu wajah

aneka kasih dalam satu hati

......

satu jasad untuk ribuan sembah

satu isak untuk segala sesal

satu harap untuk segala khawatir

jangan pernah jauhkan tumitmu dariku

ibu ii

sekali setengah mati

dua kali -tambah setengah lagi-, mati

tiga kali -tambah lagi setengah-, mati setengah mati

empat kali, apalagi, tambah lagi. mati mati

lebih dari itu, makin mati-matian

..kau takkan pernah mati, bu...!

serpihan 3

aceh

... aku marah karena tuhan telah memulainya

putus

mendung ini menyesakkan.

aku tak mau jika hujan melelehkanku

aku rindu senja yang beberapa hari ini terampas

aku terhempas. setelah terkuras teremas

ukh...., aku hampir lupa bernafas!

sophia

getarmu riak gelombang yang sanggup menjelma badai.

percikmu tepiskan gelap harapan yang mgnungkung hati

degupmu kencangkan berjuta sel dalam saraf memburu degupku

selain sayap, punggungku menyisakan banyak sejarah

bersama jiwa, daksaku menoreh sejarah

bersamamu, semua mimpi jadi nyata

bersama, selalu itu dalam doa

aku tak mau sayatkan sembilu di sukmamu.

serpihan 2

perjalanan

aku berada di batas antara sukur dan kufur

mengunyah derita mencerna bencana

proses, proses, proses....

pada rahim menjelma produk sinis

pada anus hanya kentut sakit hati

aku bosan bersikap seolah-olah biasa-biasa

baik-baik. tenang-tenang. senang-senang.

nyata-nyata, endap-endap menyucuk kepala

pikiran mengakhiri hidup ada

bayangan dalam bui menghinggapi

memilih untuk gila kian menggila

aku hanya manusia

aku hanya bercerita

aku hanya tertawa.

bintang jatuh

kucabut pohon itu, seakar-akarnya,

yang masih menitikan embun dini hari

o, betapa ia telah membasahi bumi,

bau sedap dan lembab dimana-mana;

betapa titik hujan, betapa menyilaukan

bintang-bintang jatuh di wajahku,

dimataku!

ternyata cinta

...ternyata, cinta masih tetap bergadang.

mengawang. terbang. mengangkang.

sepertinya ia menulis pada awan bulan dan matahari;

jangan lelah bersamaku

pertemuan

sejak pertama, kau ikat aku dengan sorot

ada ikrar mistis pada tiap ucap

seperti bela pada bunda

seperti kesepakatan dalam rahim dengan tuhan

sejak awal, kau jaring aku dengan bayang

ada niat suci dalam harap

seperti tekad menangkan perang

seperti maksud persunting puteri