13 May 2009

can you feel the love tonight?






There's a calm surrender to the rush of day
When the heat of a rolling wind can be turned away
An enchanted moment, and it sees me through
It's enough for this restless warrior just to be with you

And can you feel the love tonight
It is where we are
It's enough for this wide-eyed wanderer
That we got this far
And can you feel the love tonight
How it's laid to rest
It's enough to make kings and vagabonds
Believe the very best

There's a time for everyone if they only learn
That the twisting kaleidoscope moves us all in turn
There's a rhyme and reason to the wild outdoors
When the heart of this star-crossed voyager beats in time with yours


Lirik itu begitu 'tak sopan' menjitak ujung pikiranku. bertingkah seperti bocah; haha tanpa prasangka, hikshiks minim licik. Jujur, tak kumengerti juga lirik itu secara keseluruhan. Tapi, ada semacam instrumen pendukung suci yang bercampur 'sedemikian rupa' dengan dosa lumrah. Sebelumnya beradu terik antara beda juga rasa. Bersama persepsi, idealitas dan kompromi, ternyata dia muncul juga.

“Aku bukan pencemburu. Aku hanya sedikit ketakutan aja dengan sifatmu yang ‘ga enakan’ itu”. Katamu di sela gelisah terbalut hening.

“Itu bisa jadi memang sifatku. Aku tidak bisa memungkirinya. Tapi tenang aja, selain sifat, aku juga punya sikap, ko. Dan sikap itu yang akan menjadi penyeimbang dari segala kealpaan dan kekurangan sifatku”. Balasku secepat mungkin. Berusaha mencari cara dari kepolosan bicara yang salah.

“Tapi kan kecenderunganmu itu sangat kuat. Apalagi kamu pernah punya pengalaman masa lalu yang lumayan berpengaruh. Belum lagi gossip, perlakuan dan kelakuanmu”. Katamu lagi.

Aku tertawa spontan. Yang dianggapkan sebagai ketakutannya samasekali tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku. Bahkan terkesan absurd dan kecil kemungkinannya meskipun mengacu pada sifat dasarku itu.

“Aku memang nyeplos dan spontan. Tapi minimalnya, mohon anggap itu sebuah kejujuran meskipun bisa jadi selebihnya adalah kepolosan dan ketololanku. Maaf kalo itu semua bisa bikin perasaan kamu terganggu”.

“Ga papa. Aku hanya sedikit ketakutan aja. Kamu bisa telpon aku lagi ga?”


Lalu dalam hitungan menit. Suasana sudah mulai mencair lagi. Sesekali ada hal yang cukup nyerempet dan curam. Tapi selebihnya, dinikmati aja. Karena ku yakin, cinta bukan ‘a free lunch for God’. Bukan gratisan. Dibutuhkan cara juga usaha disana.

Elthon John mengingatkanku akan kejadian itu. Entah kamu..

1 comment:

Anonymous said...

tulisannya umed buanggedzz!
puzzing philosofist..