13 May 2009

Need-want.





Selamat (apapun) untuk kalian yang sedang dilanda keselamatan (apapun) saat ini.
Marilah kita sejenak menundukkan kepala dan menafakuri suatu hal yang (angger!) sering dianggap nothing, tapi ternyata berefek everything. Suatu hal yang terkesan biasa namun ternyata berdampak luar biasa. *hey, lo jangan dulu berkomentar,’ya itu tergantung orang yang memandangnya dong, bo..’. Tunggu dulu. Komentar kayak gitu selalu bikin suatu harus berhenti dan haram diteruskan*. Biarkanlah dulu aku membuihkan mulut dan mengeringkan kerongkongan.

Sebelum aku membahas tentang judul di atas, ijinkan aku mengutip salah satu quote keren nan dahsyat yang datang dari sms seorang teman beberapa bulan lalu yang mengomentari nothing-everything menurut versinya yang masih aku inget;
“when I become nothing, I’m connected to everything”
Quote tersebut memang bukan apa yang ingin aku bagikan disini, tapi aku hanya ingin mengilas dan mengulas tentang sesuatu yang nothing itu bisa everything *plis, med. Jangan muter-muter deh!*.

Oke, mari sini. Aku ingin membagikan sesuatu yang berhubungan dengan judul diatas. Tapi stop dulu pikiran kalian tentang bahasan yang akan menyangkut ke arah kapitalisme dan ekonomi. Tentang konsumerisme. Tentang budaya kekinian. Tentang fenomena sosial… Ini semua tentang aku dan apa yang sedang aku rasakan; tentang curhatku. Meski memang tak bisa dipungkiri segala ‘tentang’ yang ada di pikiran kalian bisa disangkutpautkan juga. *piss ?*
Tentang aku yang merasa utuh hanya dengan membaca sms ‘aku BUTUH (need) kamu’ dan bukan ‘aku INGIN (want) kamu’. Sms dengan segudang makna luhur yang (selalu) akan bikin aku merinding membacanya. *guys, bulu kudukku mulai merinding nih. Sumpah!*

Sebut aku lebai jika kalian menganggap aku sedang dalam kepurapuraan. Anggap saja aku mendramatisir jika kalian pikir aku adalah pemimpi tanpa pondasi. Tapi perlu kalian tahu, aku menuliskan ini setelah aku mengalami dan merasakannya. Dan sekarang aku hanya sedang mencoba sedikit memaknai apa yang teralami. Memaknai tentang apa itu ‘cukup’ dan ‘kurang’, apa itu ‘proporsional’ dan ‘ketimpangan’. Aku hanya berusaha menjadi pribadi yang (b)utuh. No more no less.

Sungguh, ‘ada’nya tulisan ini hanyalah sebatas ‘proses’ku untuk ‘menjadi’ sebelum aku mati. Kalau pun harus ada yang aku inginkan saat ini, aku hanya ingin butuh. Semoga kebutuhan terbaik yang akan aku terima.

Akhirul kolom;
Puji tuhan yang telah menciptakan kata dan menghadirkan makna.
Terimakasih tuhan yang telah menciptakan si pengirim sms.
Maafkan aku tuhan, si (yang merasa) serpih yang selalu bermimpi utuh. Si (yang sebenarnya) utuh yang masih sebatas serpih.


2 comments:

Anonymous said...

tulisannya umed buanggedzz!
puzzing philosofist..

Anonymous said...

terima kasih doanya...
aku merasa bahagia diciptakanNya
karena telah membuatmu bisa (selalu-semoga)berdoa...udah,ah...jadi ikut merinding disko gini...