05 March 2008

serpihan 14

untukmu

bicaralah. jangan diam

lebih baik aku dengar serapah.

biarlah bersalah. lakukanlah.

melajulah malaikat kecilku

sampai laut mengering

sampai kantung mata memberat

bergadang sepanjang kabisat

masalalu sempit hilangkan.

adalah sekarang.

masadatang...

jangan banyak berharap!


saking nikmatnya

tanggal dan hari yang terlupa

bias pelangi menyelimuti

menyentuh sumsum imaji

lalu melepuh bersama awan

menangis....


kompromi

adakah arah kiblat kita sama

ketika cakrawala pemikiran terlampau luas

bilakah persepsi tentangnya berubah

marilah kita satukan pandangan

jika itu mungkin.


wasiat

jika tua memaksaku terbaring,

aku akan mulai bercerita;

tentang hidup dan kasih.

ada sadar tak perlu diisaki

hingga pintu terbuka dengan persilahan khidmat

tinggalkan namaku dalam tiap benak

tertulis dengan pahatan kata

sejelas hidup dan mati

sejelas kasih nan murni

pergiku 'kan tersenyum...


bukan yang dulu

kabut dan angin berbisik

;dari gunung; arungi malammu.

inspirasi bertubi, tapi bibir kita

kian kelu membisu

membuat mata kita menyalang

tak terhadang

juga kepala kita muali mengecil

menggigil nyaris pecah.

tapi asa tak kubiarkan meraja

ada batas yang bangunkanku 'tuk sadar; "kita bukan yang dulu"


serapah pagi

pagi adalah mati

dari segala keindahan sinar mentari

beserta nyanyian burung, serta sisa suara malam.

dari dimulainya kehidupan

penentu segala kejadian nanti

pagi yang dingin dan senyap.

pagi telah mati. disini. saat ini.

mungkin nanti.

demi pagi yang akan datang

demi pemilik pagi.

bangunlah.

No comments: