untukmu
bicaralah. jangan diam
lebih baik aku dengar serapah.
biarlah bersalah. lakukanlah.
melajulah malaikat kecilku
sampai laut mengering
sampai kantung mata memberat
bergadang sepanjang kabisat
masalalu sempit hilangkan.
adalah sekarang.
masadatang...
jangan banyak berharap!
saking nikmatnya
tanggal dan hari yang terlupa
bias pelangi menyelimuti
menyentuh sumsum imaji
lalu melepuh bersama awan
menangis....
kompromi
adakah arah kiblat kita sama
ketika cakrawala pemikiran terlampau luas
bilakah persepsi tentangnya berubah
marilah kita satukan pandangan
jika itu mungkin.
wasiat
jika tua memaksaku terbaring,
aku akan mulai bercerita;
tentang hidup dan kasih.
ada sadar tak perlu diisaki
hingga pintu terbuka dengan persilahan khidmat
tinggalkan namaku dalam tiap benak
tertulis dengan pahatan kata
sejelas hidup dan mati
sejelas kasih nan murni
pergiku 'kan tersenyum...
bukan yang dulu
kabut dan angin berbisik
;dari gunung; arungi malammu.
inspirasi bertubi, tapi bibir kita
kian kelu membisu
membuat mata kita menyalang
tak terhadang
juga kepala kita muali mengecil
menggigil nyaris pecah.
tapi asa tak kubiarkan meraja
ada batas yang bangunkanku 'tuk sadar; "kita bukan yang dulu"
serapah pagi
pagi adalah mati
dari segala keindahan sinar mentari
beserta nyanyian burung, serta sisa suara malam.
dari dimulainya kehidupan
penentu segala kejadian nanti
pagi yang dingin dan senyap.
pagi telah mati. disini. saat ini.
mungkin nanti.
demi pagi yang akan datang
demi pemilik pagi.
bangunlah.
No comments:
Post a Comment